Sabtu, 05 Januari 2013

Mengenal Kopi Espresso



Nama espresso berasal dari Italia. Espresso pertama kali ditemukan sekitar tahun 1900an, yang dengan terjemahan bebas espresso berarti secangkir kopi yang disajikan secara cepat. Dewasa ini, sering kali ditemukan orang-orang salah melafalkan atau mengejanya menjadi "expresso".

Espresso bisa menjadi sangat membingungan. Apakah hal itu merupakan konsentrat kafein yang pahit? Dari mana itu berasal? Dapatkah kita menambahkan pemanis? Apakah buih yang seperti krim di atasnya itu? Bagaimana seharusnya kita meminumnya?

Apakah espresso itu berasal dari biji kopi?
Tidak. Pemasaran yang tidak tepat dan getok tular yang salah memberi kesan pada banyak orang bahwa jenis biji kopi menentukan apakah itu termasuk espresso atau tidak. Ini tidaklah benar. Setiap jenis biji kopi dapat digunakan untuk membuat kopi espresso yang baik.

Apakah espresso itu berasal dari  teknik blending?
Tidak. Meski ada blending yang dirancang khusus untuk espresso, blending tidak membuatnya menjadi espresso. Pencarian teknik blending yang sempurna untuk membuat espresso menciptakan kesalah-pahaman yang umum ini. Beberapa perusahaan pemanggang bahkan berargumen bahwa anda hanya dapat membuat espresso yang baik dengan blending yang benar.

Apakah espresso itu berasal dari teknik roasting?
Tidak. Pemikiran populer akan membuat anda percaya bahwa espresso harus di-roasting dengan sangat berat; bagaimanapun teknik dan derajat roasting kopi untuk espresso bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Di California, kita hampir bisa dipastikan akan menemukan biji yang di-roasting berat. Di pantai timur dari USA, roasting ringan lebih disukai. Dan di utara Italia, medium roasting secara umum digunakan. Setiap tingkat roasting dapat digunakan untuk espresso yang baik. Itu semata-mata masalah selera.

Apakah semua mesin espresso benar-benar mesin espresso? 
Tidak. Ada mesin yang dilabeli "mesin espresso" tetapi bukan mesin espresso yang sesungguhnya. Mesin-mesin ini secara umum merupakan mesin elektris style "moka" yang cara kerjanya berdasarkan pada tekanan uap untuk menekan air melalui bubuk kopi. Tekanan uap hanya mampu menghasilkan sampai tekanan 1,5 BAR atau 50 PSI. Sebuah mesin espresso yang benar harus menghasilkan tekanan minimum 9 BAR atau 135 PSI untuk menekan air melalui suatu hamparan bubuk kopi yang halus dan padat.

Maka, apakah espresso itu?
Espresso kopi jumlahnya sedikit, 1 sampai 2 oz. Semprotan dari kopi press berasal dari 6,5 sampai 7,5 gram (sekitar 1 sendok makan) kopi bubuk halus. Lama menyeduh kopi sekitar  25 sampai 30 detik. Jika dibuat dengan baik, espresso akan menampilkan lapisan krim gelap keemasan, yang disebut crema di bagian atasnya. Crema ini adalah indikator mutu espresso. Membuat espresso yang besar merupakan sebuah seni selain sebagai ilmu pasti.

Meminum espresso juga merupakan seni. Di cafe-cafe Italia, anda akan melihat penikmatnya  menghirup bau harum espresso sambil memegang cangkir dan cawan, lalu meminum seluruh hidangan dalam 3 atau 4 tegukan cepat. Ritual selesai dengan cepat tetapi dengan lemah-lembut meletakkan kembali cangkir kembali ke cawan.

Menambahkan gula ke dalam espresso merupakan praktek yang dapat diterima di Italia, dan bukan sebuah perkara memalukan bila menambahkan gula pada hidangan itu. Tetapi untuk espresso yang benar-benar baik merupakan sebuah kenikmatan bila meminumnya tanpa bahan tambahan. Dengan demikian anda bisa mencicipi dan menghargai esensi dari espresso dengan lebih lengkap.

Mesin espresso
Luigi Bezzera mematenkan mesin espresso yang pertama pada tahun 1901. Ia menyebut ciptaannya, Tipo Gigante. Pada tahun 1905, Desidero Pavoni membeli hak paten Bezzera dan memasarkannya dengan nama Pavoni Ideale. Mesin generasi awal ini pada dasarnya lebih mirip alat penyeduh kopi style “moka”.

Mesin Espresso modern memulai debutnya pada tahun 1947, ketika Gaggia hadir dengan mesin Crema Caffe. Inilah mesin espresso pertama yang baik dan secara konsisten mampu menghasilkan tekanan tinggi yang dibutuhkan untuk membuat espresso. Gaggia Crema Caffe ideal untuk penggunaan komersil karena kemudahan penggunaan dan harganya yang terjangkau. Kultur espresso Italia benar-benar dilahirkan di saat itu.

Macam-Macam Kopi Dari Cara Penyajian



Indonesia sangat terkenal dengan kopi tubruk, kopi yang diseduh dengan air mendidih. Ada juga jenis kopi yang penyajiannya dicelup dengan arang, lazim disebut kopi jos atau kopi arang. Orang indonesia juga biasa mengkonsumsi kopi dicampur dengan susu dan rasanya sungguh lezat.

Berikut ini adalah beberapa teknik penyajian yang diadopsi dari luar negeri, terutama Italia yang sangat terkenal sebagai negara penikmat kopi.



Espresso
Biasa di sebut normale di Italia dan adalah jenis kopi yang paling populer. Merupakan air kopi murni dengan warna hitam dan kental, dan menjadi dasar pembuatan banyak jenis kopi lain. Disajikan dalam sepertiga atau kurang dari setengah cangkir kecil. Biasa diminum dengan atau tanpa gula.

Machiato
Asal katanya berarti ternodai. Merupakan Espresso yang dicampurkan dengan sedikit susu atau busa panas. Disajikan dengan sepertiga atau kurang dari setengah cangkir kecil. Kalau cangkirnya lebih besar namanya jadi Cappuccino.

Caffe Latte
Bahasa italianya kopi susu. Merupakan espresso yang ditambahkan dengan atau tiga kali takaran susu dari teko besar yang biasanya disediakan di bar.

Cappuccino
Merupakan Espresso yang ditambahkan susu panas yang dibusakan. Muniman classic utnuk sarapan orang italia yang dipercaya lebih ‘berat’, komposisi terbaiknya terdiri dari sepertiga espresso, sepertiga susu panas dan sepertiga busa susu yang pekat. Disajikan dalam cangkir yang lebih besar dari susu cangkir espresso biasa. Biasanya diminum dengan gula.

Marachino
Konon kopi khas orang Maroko yang mempunyai banyak penggemar di Milan. Sebenarnya merupakan espresso ditambah busa susu panas dan taburan coklat diatasnya. Disajikan dalam cangkir kecil.

Sejarah Kopi di Indonesia



Sejarah minuman kopi dimulai sejak satu juta tahun yang lalu di Ethiopia. Berdasarkan legenda, seorang penggembala mencoba mengkonsumsi biji kopi setelah melihat kambingnya tidak tidur akibat mereka memakan buah kopi liar.
Salah satu catatan tertulis pertama bercerita tentang Seikh Omar, yang membawa kopi ke kota Mocha pada tahun 1250. Kota ini, yang sering dipanggil Mukha, sekarang berada di Yaman modern.

Selama ratusan tahun, kopi di Yaman telah dicampur dengan kopi dari Indonesia (Jawa a.k.a Java), untuk menciptakan kopi klasik Mocha Java.

Kedai kopi pertama di dunia dibuka di Makkah pada awal abad 15. Kedai-kedai itu adalah tempat yang nyaman, tempat orang-orang memanjakan diri dan berdiskusi politik sambil menghadapi segelas kopi. Selama periode ini, kopi disajikan dengan merebus biji di dalam air. Praktik menghaluskan dan me-roasting kopi dimulai di Turki, sekitar 100 tahun kemudian. Di Istanbul yang terkenal memiliki ratusan kedai kopi.

Diketahui pula bahwa jemaah haji yang kembali dari beribadah di belahan dunia arab membawa bibit kopi ke India pada awal adab 16. Catatan tertulis menunjukkan bahwa Gubernur Belanda di Malabar (India) mengirim bibit kopi Yaman atau kopi arabika (Coffea arabica) kepada Gubernur Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1696. Bibit pertama ini gagal tumbuh karena banjir di Batavia. Pengapalan kedua biji kopi ke Batavia dilaporkan terjadi pada tahun 1699. Tanaman ini tumbuh, dan pada tahun 1711 eksport pertama dikirim dari Jawa ke Eropa oleh perusahaan dagang Belanda, dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst Indies Company) yang didirikan pada tahun 1602. Selama 10 tahun, eksport meningkat menjadi 60 ton per tahun. Indonesia adalah tempat pertama kali kopi dibudidayakan secara luas di luar Arab dan Ethiopia. VOC memonopoli perdagangan kopi pada tahun 1725 sampai 1780.

Kopi tersebut dikapalkan ke Eropa melalui pelabuhan Batavia. Sebuah pelabuhan di Muara Sungai Ciliwung yang telah berdiri sejak 397 M ketika Raja Purnawarman mendirikan kota yang dulunya disebut Sunda Kelapa ini. Sekarang di daerah kota Jakarta, kita masih dapat menemukan gema dari peninggalan kehebatan para pelaut yang membangun Jakarta.
Kapal-kapal laut masih memuat kargo di pelabuhan tua itu sampai saat ini. Museum Bahari bertempat di bekas gedung VOC, yang dulunya dipakai menyimpan rempah-rempah dan kopi. Menara Syahbandar (mercusuar) dibangun pada tahun 1839 di ujung dermaga.  Dulu, kapal-kapal VOC berlabuh untuk memuat kargo mereka.

Pada tahun 1700-an, kopi yang dikapalkan dari Batavia dijual seharga 3 Gilders per kilogram di Ansterdam. Income tahunan Belanda di tahun itu sekitar 200 sampai 400 Guilders, hal ini sebanding dengan beberapa ratus dolar tiap kilogram saat ini. Di akhir abad 18 harga jatuh menjadi 0,6 Guilders per kilogram dan tradisi minum kopi meluas mulai dari kalangan elit sampai masyarakat kebanyakan.

Perdagangan kopi sangat menguntungkan bagi VOC, tetapi bermanfaat sedikit untuk petani Indonesia yang dipaksa menanamnya oleh pemerintah Kolonial Belanda. Secara teori, memproduksi komoditas eksport berarti menghasilkan uang bagi penduduk Jawa untuk membayar pajak mereka. Ini dalam bahasa Belanda dikenal sebagai Cultuurstelsel (Cultivation System) dan ini meliputi mulai dari rempah-rempah dan komoditas utama pertanian tropis yang sangat beraneka jenisnya. Cultuursstelsel untuk kopi diterapkan di daerah Prenger Jawa Barat. Pada praktiknya, harga untuk komoditas utama pertanian ini di-setting terlalu rendah dan mereka dipalingkan dari pekerjaan buruh yang memproduksi beras, yang menyebabkan situasi berat bagi petani.

Di pertengahan abad ke-17, VOC mengembangkan area tanam kopi arabika di Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor. Di Sulawesi kopi pertama kali ditanam tahun 1750. Di dataran tinggi di Sumatra Utara kopi pertama kali tumbuh di dekat Danau Toba pada tahun 1888, diikuti oleh dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat Danau Laut Tawar pada tahun 1924.

Pada tahun 1850, pegawai kolonial belanda, Eduard Doues Dekker, menulis sebuah buku berjudul “Max Havelaar and the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company” yang mengekspose pressure pada petani oleh pegawai-pegawai korup dan tamak. Buku ini membantu mengubah opini publik Belanda tentang “Cultivate System” dan kolonialisasi secara umum. Baru-baru ini nama Max Havelaar diadopsi oleh suatu organisasi fair-trade pertama.

Di sekitar abad 18, kolonial Belanda mendirikan lahan pertanian kopi yang luas di dataran tinggi Ijen di Jawa Timur. Meski demikian, bencana menghantam pada tahun 1876, ketika kopi diserang penyakit karat daun yang menyapu Indonesia, membumihanguskan tanaman sejenis. Kopi robusta (C. canephor var. robusta) diperkenalkan di Jawa Timur pada tahun 1900 sebagai pengganti di dataran yang lebih rendah dan penyakit karat sekoyong-koyong dibinasakan.

Pada tahun 1920, perusahan-perusahaan kecil di Indonesia mulai menanam kopi sebagai komoditas utama. Perkebunan di Jawa dinasionalisasi pada hari kemerdekaan dan direvitalisasi dengan varietas baru kopi arabika di tahun 1950-an. Varietas ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kecil melalui pemerintah atau berbagai program pengembangan masyarakat. Sekarang lebih dari 90% kopi arabika Indonesia dikembangkan oleh perusahaan kecil terutama di daerah Sumatra Utara, dengan lahan 1 hektar atau kurang. Produksi arabika tahunan sekitar 75.000 ton dan 90% diekspor. Kopi arabika yang sampai ke negara lain sebagian besar masuk ke segmen pasar spesial.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by lattecafe | Bloggerized by ainx - Premium Blogger Themes | Bluehost Review